Prospeknya Lebih Baik, Berikut Reksadana yang Bakal Banyak Diburu Tahun Ini

08 January 2025 20:27 WIB Kontan

Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri reksadana tanah air cenderung melemah di sepanjang tahun 2024. Fluktuasi suku bunga dan ketegangan ekonomi global telah mengurangi minat investasi termasuk di reksadana.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau dana kelolaan industri reksadana sebesar Rp 496,84 triliun hingga 30 Desember 2024. Nilai tersebut turun 0,92% year to date (ytd) daripada posisi akhir 2023 lalu sebesar Rp 501.46 triliun.

Berdasarkan data Infovesta, selama periode Januari – Desember 2024, reksadana pasar uang mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan tertinggi. Indeks reksadana pasar uang mencatat pertumbuhan return sebesar 4,63% ytd, disusul pertumbuhan indeks reksadana pendapatan tetap sebesar 3,30% ytd.

Sementara itu, reksadana campuran dan reksadana saham tercatat koreksi. Indeks reksadana campuran melaporkan return turun 1,05% ytd, sedangkan indeks reksadana saham return merosot 8,87% ytd selama 2024.

Baca Juga: Rapor Instrumen Investasi 2024: Saham, Obligasi, Reksadana, Hingga Kripto

Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment, Guntur Putra, memandang bahwa kinerja industri reksadana di sepanjang tahun 2024 menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Meski mengalami penurunan NAB secara keseluruhan, beberapa sektor reksadana tetap menunjukkan kinerja positif.

Dia melihat, reksadana pasar uang dengan kinerja paling positif menunjukkan bahwa adanya sikap defensif dari investor yang cenderung lebih memilih instrumen dengan risiko lebih rendah. Hal ini tidak terlepas dari ketidakpastian yang disebabkan oleh fluktuasi suku bunga dan ketegangan ekonomi global.

Reksadana pendapatan tetap juga menunjukkan pertumbuhan yang baik karena kenaikan suku bunga yang diikuti dengan penguatan imbal hasil obligasi. Data Infovesta menunjukkan, aset dasar (undelying asset) reksadana pendapatan tetap yakni indeks obligasi pemerintah dan obligasi korporasi masing-masing meningkat 3,23% ytd dan 3,45% ytd.

Di sisi lain, lanjut Guntur, reksadana saham dan reksadana campuran mengalami koreksi yang lebih signifikan. Pelemahan kelas aset reksadana ini bisa dipahami sebagai respons terhadap ketidakpastian pasar saham global dan domestik, serta potensi penurunan kinerja sektor-sektor tertentu akibat pengaruh suku bunga yang lebih tinggi.

‘’Koreksi di pasar saham memang menunjukkan adanya kecenderungan investor untuk menghindari risiko, dan lebih memilih aset yang dianggap lebih stabil, seperti pasar uang dan obligasi,’’ kata Guntur saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/1).

Baca Juga: Catat AUM Rp 14,7 Triliun di Desember, Panin AM Bidik AUM Rp 17,5 Triliun Tahun Ini

Menurut Guntur, prospek industri reksadana mungkin lebih optimis di tahun 2025. Sentimen pasar yang lebih positif, terutama dengan adanya stabilitas suku bunga dan kebijakan ekonomi yang mendukung, akan membuka peluang bagi industri reksadana untuk tumbuh.

Di samping itu, penerapan aturan industri yang mendukung, seperti regulasi yang lebih transparan dan kemudahan bagi investor ritel, akan semakin meningkatkan daya tarik produk reksadana.

Guntur memproyeksi, reksadana pasar uang masih akan menjadi pilihan utama bagi investor yang lebih mengutamakan keamanan dan likuiditas. Namun, seiring dengan stabilnya ekonomi, pertumbuhan yang signifikan bisa terjadi pada reksadana saham.

Kelas aset saham didukung pada sektor-sektor yang menunjukkan fundamental yang kuat, terutama dengan valuasi yang jauh lebih rendah pada saat ini, jika dibandingkan dengan sepanjang tahun lalu. Sebagai contoh, saham perbankan cenderung lebih resilien, dan juga sektor teknologi, healthcare, dan infrastruktur.

‘’Oleh karena itu, reksadana saham kemungkinan akan mencatatkan pertumbuhan nilai kelolaan tertinggi, seiring dengan optimisme terhadap kinerja ekonomi domestik dan global,’’ imbuh Guntur.

Baca Juga: Menilik Kinerja Reksadana di Tahun 2024 dan Prospeknya di Tahun 2025

Pinnacle Investment memprediksi bahwa pasar saham akan menunjukkan potensi pertumbuhan di 2025, terutama jika ada pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor strategis.

Di pasar surat utang, obligasi kemungkinan akan tetap stabil, dengan prospek imbal hasil yang lebih menarik seiring dengan penurunan suku bunga jangka panjang. Sementara itu, pasar uang masih akan menjadi pilihan aman, dengan pengaruh dari suku bunga yang tetap menarik bagi investor yang konservatif.

‘’Secara keseluruhan, dengan kondisi pasar yang lebih stabil dan potensi pemulihan ekonomi yang lebih baik, industri reksadana di 2025 berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang positif, dengan reksadana saham dan pendapatan tetap menjadi pendorong utama bagi kenaikan nilai total dana kelolaan,’’ tutup Guntur.

Selanjutnya: Bongkar Pasang Beleid Impor Produk Tekstil

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (9/1): Dari Berawan Hingga Hujan Petir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




The name field is required.
The comment field is required.

0 Komentar

Latest news sentiment of IDR

09 Jan 2025

Score:

-0.657

(Hawkish)


Word Cloud

Word cloud adalah representasi visual berdasarkan kata yang paling sering muncul dalam kurun waktu tertentu. Ini memberikan gambaran instan tentang kata kunci yang dominan dalam teks tersebut

Daily Market Watch BRI