Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue maupun Tanpa HMETD atau private placement tampak masih menarik di mata emiten.
Sepanjang tahun lalu, dana yang terhimpun dari dua aksi korporasi ini mencapai Rp 49,91 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna membeberkan pada tahun lalu ada 15 emiten yang melakukan rights issue dengan total penghimpunan dana Rp 34,42 triliun.
Sedangkan untuk aksi private placement, ada 17 emiten yang menggelar aksi tersebut dengan total penghimpunan dana Rp 15,49 triliun.
Baca Juga: Bangun Kosambi Sukses (CBDK) Segera IPO, Harga Book Building Rp 3.000–Rp 4.060
Secara sektoral, emiten di sektor keuangan dan infrastruktur paling dominan melakukan rights issue, masing-masing sebesar Rp 14,15 triliun dan Rp 13,15 triliun. Sedangkan emiten yang paling banyak menggelar private placement pada tahun lalu berasal dari sektor konsumsi primer dan konsumsi non-primer, masing-masing senilai Rp 6,61 triliun dan Rp 2,94 triliun.
Soal penggunaan dana, Nyoman mengungkapkan pada umumnya emiten di sektor keuangan menggelar rights issue sebagai upaya untuk meningkatkan modal dan memenuhi ketentuan modal inti minimum. Sedangkan emiten di sektor infrastruktur umumnya untuk membiayai proyek yang sedang dikerjakan dan memperkuat struktur permodalan.
Baca Juga: Kinerja Sarana Menara (TWOR) Diprediksi Solid di Akhir 2024, Cek Rekomendasi Sahamnya
"Pelaksanaan aksi korporasi Tanpa HMETD memiliki tujuan yang beragam, pada umumnya adalah untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan tercatat," ungkap Nyoman dalam keterangan tertulis yang disampaikan Rabu (8/1).
Prospek pada Tahun 2025
Memasuki tahun 2025, sudah ada sejumlah emiten yang mengumumkan rencana pelaksanaan rights issue maupun private placement. Bahkan ada juga yang sudah siap mengeksekusinya di awal tahun ini.
Di antaranya PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) yang akan rights issue dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 20,19 miliar saham Seri B. Kemudian, ada PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI) yang menawarkan 133,33 juta saham untuk menghimpun dana Rp 51,06 miliar.
PT Green Power Group Tbk (LABA) berencana rights issue pada semester I-2025 dengan mengincar dana sekitar Rp 100 miliar - Rp 150 miliar. Selanjutnya ada PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK) yang sudah mengantongi restu untuk menggelar rights issue dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Desember 2024.
PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) sedang mempersiapkan rights issue yang rencananya akan digelar pada September 2025. Sementara itu, PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) mendapatkan persetujuan untuk melakukan private placement dari RUPSLB yang digelar Senin (6/1).
Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana melihat secara umum rights issue dan private placement masih menjadi pilihan populer bagi emiten yang membutuhkan dana untuk ekspansi atau mengurangi beban utang.
Baca Juga: Fajar Surya Wisesa (FASW) Bakal Rights Issue 1 Miliar Saham Baru
"Dengan biaya pinjaman yang tinggi dan likuiditas yang terbatas, kedua metode ini sering kali dianggap lebih efisien dibandingkan dengan mengandalkan pinjaman," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (8/1).
CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo sepakat, di tengah suku bunga yang masih tinggi, aksi korporasi di pasar modal seperti melalui rights issue bisa menjadi jalan pintas untuk menghimpun dana.
Hanya saja, investor perlu lebih selektif memantau rencana penggunaan dana dan agenda bisnis emiten ke depan.
"Jika untuk ekspansi maka menjadi menarik. Investor memang harus selektif, terutama karena volatilitas pasar masih tinggi dapat memberikan tekanan terhadap emiten. Hal ini akan menjadi tantangan untuk harga saham itu sendiri," kata Praska.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menambahkan, kondisi pasar saham saat ini bisa membuat investor lebih selektif untuk melakukan penebusan terhadap rights issue. Dus, fundamental emiten, kejelasan penggunaan dana, strategi bisnis serta valuasi menjadi daya tarik penting bagi pelaku pasar.
Baca Juga: MD Entertainment (FILM) akan Rights Issue, Cek Prospek dan Rekomendasi Sahamnya
Secara sektoral, Ekky menilai rights issue tetap dapat menjadi opsi strategis untuk sektor-sektor dengan potensi pertumbuhan tinggi seperti energi terbarukan, teknologi, dan infrastruktur.
"Sektor-sektor ini biasanya membutuhkan pendanaan yang besar untuk mendukung proyek jangka panjang," imbuh Ekky.
Hendra turut mengingatkan agar investor lebih jeli mencermati penggunaan dana, agenda bisnis dan prospek kinerja emiten yang menggelar rights issue maupun private placement.
"Dengan pergerakan IHSG yang masih dalam tekanan dan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, investor akan lebih selektif," tandas Hendra.
Selanjutnya: Banyak Universitas di Inggris Berhenti Gunakan Medsos X Milik Elon Musk, Ini Sebabnya
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (9/1): Dari Berawan Hingga Hujan Petir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
0 Komentar